Kamis, 19 Agustus 2010

Ibarat mendirikan sebuah BANGUNAN

Tahun ajaran baru telah tiba,
wajah-wajah baru bermunculan,

Semangat baru telah membara,
meski terkadang masih banyak yang memang masih terlena,
terkubur dalam tidur panjangnya,

Meriah penyambutan MABA,
telah dimulai dengan berbagai cara,
dimulai dari hal yang sederhana,
hingga cara yang mewah,

Begitupula,MABA yang sudah merayakan,
pesta keberhasilannya memasuki jenjang kuliah,
sebuah angin segar kebebasan,
setelah sekian lama merasa terkekang,

Dengan predikatnya kini sebagai 'MAHA'SISWA,
terkadang membuat lupa daratan,
seakan telah menjadi yang 'paling',

Padahal,inilah awal penderitaan,
awal sebuah keseriusan,
awal dari perjuangan,

Ketika MAHASISWA menjadi,
sbuah harapan bagi bangsa,
untuk nantinya menjadi pemimpin bangsa,
calon generasi penerus bangsa,

Maka bukan hal yang main-main,
Qta ini mau tidak mau,
harus menerima tanggungjawab itu,

Nah,klo sudah begitu,
Mungkinkah Qta masih berpikir,
untuk merasa lepas,
dari kekangan orangtua,

Padahal,
entah bagaimana,
para buruh tani dan rakyat miskin,
menggantungkan harapan,
pada MAHASISWA

Teman,ini langkah awal,
Investasi jangka panjang kalian,
Modal utama Qta smua,

Sebelum membangun,
diri Qta lebih jauh,

SADARi dan RENUNGi,
apa pesan di balik ini smua,

Akankah Qta biarkan,
bangsa ini hancur,
perlahan-lahan,
menyakitkan,
dan itu pasti.

Atau kita,
akan bergerak,
bergeser,
dari zona nyaman,

Untuk sekedar,
berusaha melangkah,
membangun pondasi,

Jangan pernah berpikir,
Untuk mengubah dunia,
bahkan lingkungan Qta,

Jika Qta,
belum punya tekad,
untuk mengubah,
DIRI KITA SENDIRI.


Smoga,teman-teman termasuk saya pribadi,dapat mengambil makna dari susunan kata yang tidak terarah ini,agar menjadi salah satu ARAH dalam TUJUAN BESAR hidup Qta,tentunya dengan berpayung pada tujuan LILLAHITA'ALA ^_^

AMATI dan SIKAPI

Satu Masjid, Dua Jamaah

By Nurlis Effendi 
Berbeda pandangan boleh saja, kerukunan adalah yang utama. Semangat seperti ini tercermin di Masjid Agung Surakarta, Solo, Jawa Tengah. Masjid yang berdiri bersamaan dengan Keraton Kasunanan Surakarta ini sangat menjunjung tinggi nilai pluralisme. Bisa dilihat dalam pelaksanaan shalat tarawih.

Dibawah atap masjid itu terdapat dua jamaah, masing-masing menjalankan shalat tarawih 11 rakaat dan 23 rakaat. Alhasil di dalam masjid itu ada dua imam untuk dua jamaah ini.

Keunikan ini bisa dilihat di setiap jamaah menunaikan salat tarawih di bulan ramadan. Sebetulnya saat salat isya, jamaah masih bersatu shalat di ruang utama masjid dipimpin oleh seorang imam. Mereka berbaris rapi di dalam shaf. Ada yang menggunakan celana panjang, dan ada pula yang sarungan. Di barisan paling belakang jamaah perempuan.

Usai salat empat rakaat, sebagian jamaah melaksanakan salat sunat ba’diyah isya. Namun, ada juga serombongan jamaah yang bersarung bergegas meninggalkan ruang utama masjid, mereka pindah ke sebelah utara ruang utama.

Setelah jumlah jamaah terlihat cukup, maka pintu penghubung antara ruang utama masjid, peninggalan Pakubuwono IV, ini dengan ruang sebelah pun ditutup rapat. Samar-samar terdengar suara imam yang hendak memulai shalat tarawihnya. Jamaah 23 rakaat lebih dulu melakukan shalat tarawih.

Pemandangan berbeda terlihat di ruang utama masjid. Para jamaahnya sedang khusyuk mendengarkan tausiyah dari ustadz. Sebab, sebelum menunaikan salat tarawih terlebih dahulu diisi kultum. Setelah sekitar tujuh menit hingga sepuluh menit, tausiyah selesai. Dan selanjutnya dilakukan shalat tarawih.

“Mereka melaksanakan shalat isya secara berjamaah dengan satu imam. Namun, ketika shalat isya selesai, para jamaah mulai memisahkan diri untuk melaksanakan shalat tarawih dengan imam dan jamaahnya masing-masing," kata Ketua II Takmir Masjid Agung Surakarta Slamet Aby.

Untuk saling menghormati dan tidak mengganggu shalat tarawih masing-masing jamaah, pihak takmir masjid mengatur besar kecilnya suara pengeras kedua imam tersebut. Ini dilakukan agar suara pengeras suara itu tidak saling mengganggu antara yang jamaah satu dengan yang lainnya.

Sejak awal berdirinya masjid ini, setiap shalat tarawih pada bulan Ramadhan jumlah rakaatnya mencapai 23 rakaat. Namun, sekitar 1980-an, kebijakan memisahkan ruangan itu pun muncul. Sebab, setiap kali shalat tarawih pada hitungan 8 rakaat, sejumlah jamaah meninggalkan masjid dan melanjutkan dengan shalat witir di rumah.

Lantas, atas dasar pemikiran KH Muthohar Al Hafidz yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Ta’fid Wattaqlimil Qur’an yang satu komplek dengan Masjid Agung, pada 1983, jamaah shalat tarawih pun mulai dipisahkan antara yang 11 rakaat dengan 23 rakaat.

Selanjutnya yang 11 rakaat menempati ruang utama masjid karena jumlah jamaahnya lebih banyak. Sedangkan yang jamaah shalat tarawih 23 rakaat menempati ruangan sebelah utara masjid yang dari segi ukuran ruangan lebih kecil

Pada saat musyarawarah untuk memisahkan ruangan ini, Aby mengungkapkan, tidak muncul pertentangan ataupun percekcokan dari salah satu kubu jamaah. Karena mereka semua menyadari bahwa dalam bulan suci Ramadan harus menjunjung persaudaraan dan kerukunan.
“Kondisi seperti ini malah menunjukkan kalau di masjid ini ada semacam kemajemukan yang menjunjung ukhuwah Islamiyah di kalangan umat muslim. Jadi, bagi kami tidak masalah, yang penting rukun," kata Aby.

Dan kerukunan ini kembali terlihat pada saat melaksanakan tadarus Alquran selepas salat tarawih. Semua jamaah dari ‘kedua aliran’ kembali berkumpul menjadi satu di serambi masjid. Rasa persaudaraan terlihat ketika para jamaah 11 rakaat menunggu dengan sabar rampungnya shalat tarawih di ruang seberang sebelum memulai tadarus.

Perbedaan ini juga tidak menjadi masalah bagi para imam di Masjid Agung yang telah berdiri sejak 1745 M ini. Seperti diakui salah satu imam, Muhtarom, perbedaan jumlah rakaat dalam melaksanakan shalat tarawih ini sudah terjadi sejak zaman sahabat Nabi Muhammad SAW.

Bahkan, ia beranggapan jika perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih yang ada di Masjid Agung ini merupakan sebuah rahmat Allah yang patut disyukuri. Sebab, dari sinilah tercipta semangat pluralisme yang cukup indah.

“Meskipun saya sering menjadi imam salat tarawih 23 rakaat. Tapi, pekan depan saya juga mendapat jatah menjadi imam salat tarawih 11 rakaat. Saya sih tak masalah. Ini kan cuma masalah teknis salat sunat saja. Kalau yang berbeda itu jumlah rakaat pada shalat fardhu, itu jelas tak bisa diterima."

Foto-foto: Fajar Sodiq

dari : http://id.promotion.yahoo.com/ramadan/article?blogid=ramadan&postid=24&viewPost=1

Selasa, 10 Agustus 2010

Di Sabtu pagi ini (07/08/10,red) di Basecamp tercinta (lab TA,red)

Bangun di pagi hari melihat kampus sepi --ya emank hari non efektif-- ditemani mark-Unis, m-Aji-bog,genjo su-Galih and pakde-Fatak.

Setelah aktifitas bersih diri and mengecek email dan chatting,tak terasa perut mulai berdemo --maklum, sharian kmaren cuma makan 2 kali dan malam hari tak kunjung ke GIRAS(warung)--, dan ternyata jam menunjukkan pukul delapan pagi, kondisi yang sama dirasakan juga ma si unis dan antok(panggil saja boz PUNK) --lho, koq tiba2 ada org lain lagi?iya,habiz main futsal,si antok rehat di lab--.

Akhirnya setelah perseteruan panjang --alias,pemilihan menu sarapan ^_^-- disepakati untuk menu yg ada di Bu Nana TMB --sebelah endi iku,aku ya gag ngerti,karna gag ikutan beli--, Eh, selang beberapa detik, ada chat dari Yanur,nanyain enaknya makan dimana? --coz,Mak Yem Cafe and Resto gag buka-- Ya rekomendasi yang sama dengan menu kami akhirnya jadi pilihan. Kali ini yang jadi OC Konsumsinya --lha,kayak OMB ae ^_^--

Sambil nunggu kak OC beli sesuap nasi, sampai ketiduran --eh,salah,nunggunya cepet koq-- datang, akhirnya si Bolank --sopo maneh iki?ya naker(nama keren) si Yanur-- kita undang makan barenk aja rame2 di basecamp ^_^. Eh, akhirnya bisa makan juga --Alhamdulillah--.

Sambil sarapan, koq ya ngobrol ngalor ngidul, ngetan ngulon --kayak lagunya Cari Jodoh ae-- Gag jelas ^_^.Tapi seru,hhe --karna jaman skarang,jarang makan barenk,kumpul barenk sambil ngobrol-- sampai2 si Bolank, mengingat kisah (baca: Moment,red) seru saat OMB dlu, kalo udah waktunya makan barenk, sbelum makan slalu mengangkat nasi bungkusnya tinggi2 dan mengucapkan "TERIMA KASIH, KAK OC --karna sudah menyiapkan sarapan kami-- (tentunya juga bersyukur pada Allah,red).

Stelah sarapan selesai,kami mlanjutkan obrolan Gag jelas tadi --obrolan calon penerus bangsa yang ingin sekedar berkontribusi kecil di lingkungan kampusnya--, karna sumpek mbahas masalah yg tidak disadari oleh yg punya masalah,akhire koq tangan ini kurang kerjaan, sambil ngobrol ngumpulin karet yg berceceran --biasalah, budaya memungut sampah berserakan-- Gag tau knapa lagi, koq tangan ini --sambil ngobrol lagi-- membuat kaitan-kaitan karet,sampai jadi tali karet pendek --mungkin bagi yang hidup di jaman susah dulu, masih merasakan serunya bermain lompat tali dan sekawannya bersama teman sejawatnya-- Stelah sdikit nyadar, ah, q lanjutin aja jadi tali karet yang puanjaaang, biar bisa bwt mainan mengenang masa kecil --rencananya sih main barenk konco2 lab iki mau--

Tapi karna karetnya cuma dikit, akhirnya lum bisa d pakai mainan deh :) --malah,sempet diputusin karetnya ama si boz PUNK-- tp Alhamdulillah, jadi dibantuin nyari karet and nyambung lagi nambah panjang..stelah cukup untuk di pakai main single, q ngajak si adhi --eitz, lupa bilang,adhi datang pas q ngobrol sambil bikin tali karet ini--

Awalnya si cari korban, karna sobatQ (baca:boz PUNK,red) yang baik ini,akhirnya mau juga jadi korban yg lompat tali.Q sebenernya agag lupa cara mainnya,tapi si Yanur ngasih bocoran step2nya,,duh senanknya, kayak kembali kecil dlu --walau boz PUNK rada mencureng, karna jadi korban--. Sampai tahap tinggi sedada, boz PUNK bingung cara lompatnya.

si Yanur awalnya cuma ngasih clue ama boz PUNK --gag apa, bukan bocoran UNAS--, tapi jadi ikutan maen deh,hhe.Walau cuma sbentar trus main lompat talinya selesai,

Wah, ide bagus nie, coba klo nanti ahad, di #sanggar lengger adek2 di kasih kegiatan maenan jaman dulu gini, lagian kan mau 17an, jadi inget ama posting status Q kapan hari yg mngajak lakukan sesuatu tuk perjuangin nasib anak bangsa ini :)

Ayo, sapa yang mau bikin acara di kampuz kita, di kampung kita, di mana-mana yang bermanfaat utk org lain, jangan mikir apa yang qta dapat, tp apa yang kita bisa berikan...

UPACARA di bulan PUASA?knapa tidak?kan dlu 1945 juga saat Ramadhan --klo gag salah sih--
LOMBA jaman dulu yukz, lompat tali, gobak sodor, benteng-bentengan dan sekawannya..

Seru kali yaa...

Upz,,tambahan dari Mas Yanur, stelah main lompat tali tadi, beliau berpesan, bahwa ada hal yang lebih penting dari saat bermain lompat tali tadi, syam...

Apa Mas Yanur??

Proses mnuju main lompat tali tadi,klo jaman kita dulu, Mas Hisyam.Untuk bisa buat tali karet tadi, kalo gag punya uang, kan nyari2 barenk, di situ TEAM WORK and BROTHERHOOD bisa tumbuh,,

iya juga ya Mas Yanur,,


smoga,, notes ini ada tindak lanjutnya... :)

EPILOG dari Buku Totto Chan's Children

Semua anak yang kutemuiSangatlah cantikAnak-anak yang tertawa,anak-anak yang jail,Anak perempuan kecil yang menggendong bayi di punggung,Anak laki-laki yang memamerkan kemampuan bersalto,Anak-anak yang bernyanyi bersamaku,Anak-anak yang mengikutiku ke mana-mana.
Aku bertemu segala macam anak.
Juga anak-anak yang orangtua
Serta saudara-saudaranya
Dibunuh tepat di depan mata mereka.
Anak-anak yang kaki dan tangannya dipotong oleh tentara gerilya
Anak-anak perempuan yang orangtuanya hilang,
Meninggalkan mereka bersama adik bayi yang harus dirawat.
Anak-anak lelaki yang bersedih karena teman-teman,
Juga binatang piaraan mereka mati akibat kelaparan.
Anak-anak yang rumah dan sekolahnya hancur.
Yatim piatu,yang digiring dari satu kamp ke kamp lain.
Anak-anak yang bekerja sebagai pelacur untuk menyokong keluarga.
Namun,
Bahkan dalam situasi semengerikan itu,
Mereka berkata tidak satu anak pun memilih bunuh diri.
Tidak satu pun, di kamp pengungsi mana pun,
Meskipun mereka tidak memiliki masa depan dan harapan.
Aku menanyakan hal ini ke mana pun aku pergi.
"Tidakkah anak-anak ini bunuh diri?"
"Tidak, tidak satu pun."
Dan aku menangis.
Saat aku melihat bayi-bayi yang kurus,
Hampir seperti tengkorak hidup, berjalan lewat
Dengan sekuat tenaga dan keinginan,
Aku menangis.
Aku ingin berteriak keras-keras,
"Di Jepang, anak-anak bunuh diri!"
Apakah ada yang lebih meyedihkan?
Apakah arti kemakmuran? Apa itu kelimpahan?
Setelah bertemu berbagai macam anak,
Aku ingin mengatakan hal pada anak-anak Jepang:
Jika kalian sedih melihat anak-anak di negara berkembang,
Yang kalian temui di dalam buku ini,
Dan ingin membantu mereka,
Katakan sekarang kepada teman
yang duduk di sebelahmu,
"Mari berdamai.
Mari bergandengan tangan dan menjalani hidup
bersama."
Di sekolah dasarku -- Totto-chan -- ada beberapa
murid yang cacat.
Sahabatku adalah anak laki-laki penderita polio.
Tapi tak sekali pun kepala sekolah berkata,
"Bersikap baiklah pada anak-anak itu," atau "Bantulah mereka."
Yang selalu ia katakan adalah,
"semua orang sama.Marilah kita semua bersahabat."
Hanya itu.
Jadi kami melakukan hal bersama-sama.
Setiap orang butuh sahabat, teman untuk tertawa.
Anak-anak yang kelaparan pun ingin jadi temanmu.
Itulah yang ingin kusampaikan padamu.